Fenomena Cuaca Ekstrem: Bali Disambar 713 Petir dalam Sepekan, BMKG Beri Peringatan

Bali – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat fenomena cuaca ekstrem di wilayah Bali dengan total 713 sambaran petir dalam kurun waktu satu minggu terakhir. Kondisi ini dipicu oleh meningkatnya aktivitas awan cumulonimbus yang membawa hujan lebat disertai angin kencang dan petir di sejumlah wilayah di Pulau Dewata.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Agus Wibowo, menjelaskan bahwa aktivitas petir yang tinggi ini merupakan bagian dari dinamika atmosfer yang terjadi akibat perubahan cuaca yang cukup signifikan di wilayah Bali dan sekitarnya.

“Bali mengalami peningkatan pembentukan awan konvektif akibat tingginya kelembapan dan suhu permukaan laut yang hangat. Hal ini memicu pertumbuhan awan cumulonimbus yang menghasilkan hujan lebat serta aktivitas petir yang intens,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (17/2).

Wilayah yang Paling Terdampak

Menurut data BMKG, sebagian besar sambaran petir terjadi di wilayah Bali selatan, terutama di Kabupaten Badung, Gianyar, dan Kota Denpasar. Daerah-daerah ini mengalami hujan lebat dengan intensitas tinggi dalam beberapa hari terakhir, yang juga berdampak pada meningkatnya frekuensi petir.

Selain itu, wilayah pegunungan di Bali, seperti Kabupaten Bangli dan Buleleng, juga mengalami peningkatan aktivitas petir akibat pola angin yang membawa massa udara lembap dari Samudera Hindia.

Potensi Bahaya dan Imbauan BMKG

BMKG memperingatkan masyarakat, terutama mereka yang beraktivitas di ruang terbuka, untuk lebih waspada terhadap potensi bahaya akibat sambaran petir. Beberapa sektor yang perlu meningkatkan kewaspadaan antara lain:

  • Transportasi udara: Peningkatan petir dapat mengganggu jadwal penerbangan dan menimbulkan risiko bagi pesawat yang lepas landas atau mendarat.
  • Kelautan dan perikanan: Nelayan dan pengguna transportasi laut disarankan untuk menghindari melaut saat terjadi badai petir guna menghindari risiko kecelakaan.
  • Pariwisata: Wisatawan yang berada di area terbuka, terutama di pantai dan perbukitan, disarankan untuk menghindari tempat-tempat yang berpotensi menjadi target sambaran petir, seperti pohon tinggi dan bangunan tanpa perlindungan petir.

“Jika mendengar suara guntur atau melihat kilatan petir, segera cari tempat berlindung di dalam bangunan atau kendaraan tertutup. Hindari berteduh di bawah pohon atau berada di area terbuka seperti sawah dan lapangan,” tambah Agus Wibowo.

Fenomena Cuaca Ekstrem dan Perubahan Iklim

Ahli meteorologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Armi Susandi, menjelaskan bahwa peningkatan aktivitas petir di Bali dapat dikaitkan dengan tren perubahan iklim global.

“Fenomena ini bisa menjadi indikator adanya perubahan pola cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi akibat pemanasan global. Suhu laut yang lebih hangat di sekitar Indonesia meningkatkan pembentukan awan badai, yang berkontribusi pada meningkatnya kejadian petir,” ujarnya.

Selain itu, frekuensi petir yang tinggi juga bisa menjadi tanda meningkatnya ketidakstabilan atmosfer di wilayah tropis. Jika tren ini terus berlanjut, masyarakat di daerah rawan petir perlu lebih meningkatkan kesiapsiagaan guna mengurangi risiko bencana.

Kesimpulan

Dengan total 713 sambaran petir dalam sepekan, Bali mengalami salah satu periode cuaca ekstrem yang cukup intens. BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan cuaca terbaru melalui saluran resmi agar dapat mengantisipasi potensi bahaya yang ditimbulkan oleh petir dan cuaca ekstrem lainnya.

Para pelaku industri, seperti penerbangan, perikanan, dan pariwisata, juga diminta untuk meningkatkan kewaspadaan guna menghindari dampak buruk dari kondisi ini. Perubahan iklim global turut berkontribusi pada meningkatnya kejadian cuaca ekstrem, sehingga kesiapan dan mitigasi bencana menjadi langkah penting yang harus diperhatikan ke depan.