Pada hari ini, Senin, 17 Februari 2025, Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar aksi demonstrasi di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat. Aksi ini bertujuan untuk menyampaikan aspirasi terkait berbagai isu nasional yang dianggap penting oleh mahasiswa.
Pengamanan oleh Aparat
Untuk memastikan keamanan dan ketertiban selama aksi berlangsung, Kepolisian Resort Metro Jakarta Pusat mengerahkan sebanyak 1.623 personel gabungan. Personel ini terdiri dari anggota Polri, TNI, serta instansi terkait lainnya. Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Polisi Susatyo Purnomo Condro, menyatakan bahwa personel tersebut ditempatkan di sejumlah titik strategis, mulai dari kawasan Patung Kuda hingga sekitar Istana Negara. Pengamanan ini bertujuan untuk mengantisipasi potensi gangguan dan memastikan aksi berjalan dengan damai.
Rekayasa Lalu Lintas
Selama aksi berlangsung, rekayasa lalu lintas diberlakukan secara situasional. Pengendara yang melintasi Jalan Medan Merdeka Barat diimbau untuk mencari jalur alternatif guna menghindari kemacetan. Pihak kepolisian akan melakukan pengalihan arus lalu lintas jika jumlah massa meningkat dan situasi memerlukan penyesuaian.
Tuntutan Demonstrasi
Dalam aksi ini, BEM SI membawa sejumlah tuntutan yang disampaikan kepada pemerintah. Beberapa poin utama yang menjadi fokus antara lain:
- Penolakan Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%: Mahasiswa menilai bahwa kenaikan PPN akan memberatkan masyarakat dan berpotensi meningkatkan angka pengangguran.
- Desakan Pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Masyarakat Adat: Mahasiswa meminta pemerintah segera mengesahkan RUU ini untuk melindungi hak-hak masyarakat adat di Indonesia.
- Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Berat: Mahasiswa menuntut pemerintah untuk menuntaskan berbagai kasus pelanggaran HAM yang hingga kini belum terselesaikan.
Aksi Teatrikal dan Simbolis
Selain orasi, massa aksi juga menggelar berbagai aksi teatrikal sebagai bentuk simbolis dari tuntutan mereka. Salah satu aksi yang mencuri perhatian adalah pembawaan keranda sebagai simbol “matinya demokrasi” di Indonesia. Aksi ini menggambarkan kekecewaan mahasiswa terhadap kondisi demokrasi yang mereka anggap semakin tergerus.
Imbauan dari Pihak Kepolisian
Kapolres Metro Jakarta Pusat mengimbau kepada seluruh peserta aksi untuk menyampaikan pendapat dengan tertib dan damai. Beliau juga menekankan agar massa tidak melakukan tindakan anarkis atau merusak fasilitas umum. Pihak kepolisian berkomitmen untuk mengawal dan mengamankan jalannya aksi sesuai dengan prosedur yang berlaku, tanpa membawa senjata api, serta mengedepankan pendekatan humanis dan persuasif.
Aksi demonstrasi ini merupakan wujud partisipasi aktif mahasiswa dalam mengawal kebijakan pemerintah dan menyuarakan aspirasi masyarakat. Diharapkan, melalui aksi ini, pemerintah dapat mendengar dan mempertimbangkan tuntutan yang disampaikan demi kebaikan bersama.