Diego Maradona, legenda sepak bola asal Argentina, meninggal dunia pada 25 November 2020 akibat serangan jantung saat menjalani pemulihan pasca operasi otak. Kematian Maradona mengejutkan dunia dan memicu penyelidikan terhadap tim medis yang merawatnya.
Pada 11 Maret 2025, persidangan terhadap tujuh profesional medis yang terlibat dalam perawatan Maradona dimulai di Buenos Aires. Para terdakwa, termasuk ahli bedah saraf Leopoldo Luque dan psikiater Agustina Cosachov, didakwa dengan tuduhan pembunuhan sederhana dengan kemungkinan niat, yang berarti mereka dianggap mengetahui risiko kematian tetapi tetap melanjutkan tindakan mereka. Jika terbukti bersalah, mereka dapat menghadapi hukuman penjara antara 8 hingga 25 tahun.
Jaksa penuntut menuduh bahwa tim medis gagal memberikan perawatan yang memadai dan memilih perawatan di rumah yang “ceroboh” dan “sangat kurang” meskipun mengetahui hal itu dapat membahayakan nyawa Maradona. Mereka juga diduga mengabaikan tanda-tanda peringatan kritis dan tidak memberikan peralatan medis yang diperlukan selama pemulihan Maradona.
Persidangan ini diperkirakan akan berlangsung selama empat bulan dan melibatkan lebih dari 100 saksi, termasuk anggota keluarga Maradona dan staf medis lainnya. Kasus ini telah menarik perhatian publik yang luas, dengan banyak penggemar yang mencari keadilan bagi ikon sepak bola yang dicintai.
Para terdakwa membantah tuduhan tersebut, dengan alasan bahwa Maradona adalah pasien yang sulit yang menolak perawatan dan bahwa kematiannya adalah akibat dari peristiwa jantung yang tidak terduga. Pengacara pembela juga berpendapat bahwa perawatan di rumah diatur dengan persetujuan keluarga Maradona.
Kematian Maradona dan persidangan berikutnya menyoroti pentingnya standar perawatan medis yang tepat dan tanggung jawab profesional kesehatan dalam merawat pasien, terutama mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang kompleks.