Washington, D.C. – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat gebrakan di panggung politik internasional dengan memberikan ultimatum terkait konflik Rusia-Ukraina. Dalam sebuah pernyataan yang mengejutkan dunia, Trump menegaskan bahwa kedua pihak harus menyepakati gencatan senjata paling lambat pada 20 April 2025. Jika tidak, ia mengancam akan mengambil langkah yang “belum pernah terjadi sebelumnya” untuk menghentikan perang.
Menurut sumber yang dekat dengan Trump, ultimatum ini merupakan bagian dari rencana besarnya untuk menciptakan perdamaian global jika ia kembali menjabat sebagai Presiden AS dalam pemilu 2024. “Saya akan menyelesaikan perang ini dalam waktu 24 jam setelah kembali ke Gedung Putih,” kata Trump dalam sebuah wawancara eksklusif dengan media konservatif AS.
Reaksi Dunia Terhadap Ultimatum Trump
Pernyataan Trump langsung menuai berbagai reaksi dari komunitas internasional. Pemerintah Ukraina, melalui juru bicara Presiden Volodymyr Zelensky, menyatakan bahwa meskipun mereka mengapresiasi setiap upaya untuk mengakhiri perang, keputusan mengenai negosiasi harus tetap mempertimbangkan kepentingan nasional Ukraina.
“Kami tidak bisa begitu saja menghentikan perang tanpa jaminan keamanan yang jelas. Rusia harus menarik pasukannya dan bertanggung jawab atas invasi yang telah mereka lakukan,” ujar juru bicara tersebut.
Di pihak lain, Moskow merespons dengan sikap skeptis terhadap pernyataan Trump. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Rusia hanya akan mempertimbangkan gencatan senjata jika syarat-syarat mereka terpenuhi, termasuk pengakuan atas wilayah yang telah mereka kuasai.
“Kami tidak menerima ultimatum dari siapapun, terlebih dari seseorang yang saat ini bukan pejabat resmi Amerika Serikat,” kata Peskov dalam konferensi pers di Moskow.
Tekanan Politik dan Dinamika Global
Ultimatum Trump ini juga dinilai sebagai langkah strategis untuk meningkatkan daya tawarnya dalam kampanye pemilihan presiden AS 2024. Sebagai kandidat Partai Republik yang paling menonjol, ia berusaha menarik perhatian pemilih dengan menampilkan dirinya sebagai pemimpin yang mampu menyelesaikan konflik internasional.
Namun, para analis menilai bahwa pernyataan Trump lebih bersifat retoris daripada realistis. “Konflik Rusia-Ukraina sangat kompleks dan melibatkan banyak kepentingan global. Tidak mungkin diselesaikan hanya dengan ultimatum,” ujar Profesor John Mearsheimer, seorang pakar hubungan internasional dari Universitas Chicago.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menekankan bahwa perdamaian harus dicapai melalui diplomasi yang melibatkan semua pihak terkait. “Gencatan senjata harus dilakukan berdasarkan negosiasi yang adil dan komprehensif, bukan melalui tekanan politik satu pihak,” katanya.
Kesimpulan
Meskipun ultimatum Trump menarik perhatian global, masih belum jelas apakah Rusia dan Ukraina akan mempertimbangkan usulannya. Dengan medan perang yang masih memanas dan kepentingan geopolitik yang kompleks, peluang untuk mencapai gencatan senjata pada 20 April masih sangat kecil. Namun, pernyataan ini menegaskan bahwa perang di Ukraina tetap menjadi isu utama dalam politik global, terutama menjelang pemilu presiden AS yang semakin dekat.