Transformasi Gestur Hasto: Simbol Perlawanan atau Kepasrahan?

Jakarta – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, kembali menjadi sorotan setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menahannya terkait kasus dugaan korupsi. Namun, di luar aspek hukum, publik menyoroti perubahan ekspresi tubuh Hasto, terutama gestur tangannya sebelum dan sesudah penahanan.

Sebelum ditahan, Hasto kerap tampil percaya diri di hadapan media, sering mengepalkan tangan sebagai simbol perjuangan. Gestur ini mencerminkan sikapnya yang menantang, seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak gentar menghadapi tekanan hukum. Dalam beberapa kesempatan, kepalan tangannya bahkan diiringi dengan pernyataan tegas bahwa kasus ini sarat dengan muatan politik.

Namun, momen berbeda terlihat ketika Hasto resmi ditahan. Saat keluar dari gedung KPK dengan mengenakan rompi tahanan oranye, gestur tubuhnya berubah signifikan. Tangan yang sebelumnya mengepal kini lebih sering diletakkan di depan atau bahkan menggenggam pergelangan tangan lainnya. Ekspresi wajahnya pun tampak lebih tenang, meski tetap memberikan pernyataan kepada media.

Pengamat komunikasi politik, Dr. Rinaldi Saputra, menilai perubahan gestur ini mencerminkan transisi psikologis seseorang yang menghadapi tekanan hukum secara langsung. “Sebelum ditahan, gestur kepalan tangan bisa diartikan sebagai bentuk perlawanan dan kepercayaan diri. Namun setelah ditahan, perubahan postur tubuh menandakan adanya beban psikologis yang mulai terasa,” ujar Rinaldi.

Di sisi lain, beberapa pihak menilai bahwa perubahan ini bukan sekadar refleksi psikologis, tetapi juga strategi komunikasi politik. Dengan menurunkan gestur agresifnya, Hasto dapat membangun narasi baru yang lebih bersifat korbanisasi, sebuah taktik yang kerap digunakan dalam dinamika politik nasional.

Sementara itu, KPK menegaskan bahwa penahanan Hasto murni berdasarkan bukti hukum, bukan tekanan politik. “Kami bekerja sesuai dengan prosedur dan bukti yang ada. Tidak ada unsur lain dalam kasus ini,” ujar juru bicara KPK dalam konferensi pers.

Perubahan gestur Hasto ini menjadi salah satu aspek yang menarik untuk dicermati, tidak hanya dari sisi hukum, tetapi juga dalam konteks komunikasi politik yang berkembang di tengah dinamika perpolitikan nasional. Apakah ini murni refleksi psikologis atau bagian dari strategi politik jangka panjang? Waktu yang akan menjawab.